Cerita nyata ini kami tulis untuk sharing dan berbagi pengalaman pada warga STT-PLN seputar kegiatan kita selama mengikuti Pendidikan Dasar Cakrawala XII, dimana ketabahan, mental, fisik, kecerdasan, kedisiplinan kita dilatih dan ditempa agar menjadi jiwa yang tangguh, tidak mudah menyerah apalagi mengeluh, peduli sesama, rasa solidaritas, mengagungi ciptahan Tuhan YME, dan banyak hal-hal positif yang dapat kita ambil selama mengikuti PDC XII. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Jejak menjadi seorang Watu Lawang Sebagai salah satu unit kegiatan mahasiswa di STT PLN, Cakrawala ternyata cukup dipandang oleh unit kegiatan lain dan juga badan-badan kemahasiswaan di STT PLN seperti Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Hal ini terlihat dari seringnya Cakrawala Komisariat berperan aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan dan juga hampir selalu mendapat kehormatan untuk menjadi seksi keamanan dalam berbagai kegiatan massal. Waktu berjalan demikian cepat rupanya dan waktu setengah tahun seperti tak terasa dalam mengikuti kegiatan Cakrawala. Kami ketahui bahwa cakrawala akan melaksanakan Pendidikan Dasar Cakrawala XII (PDC) di bulan Februari tepatnya tanggal 10-24 Februari 2014. Nah inilah kesempatan bagi kami untuk menjadi anggota Cakrawala sambil ingin membuktikan bahwa kami sanggup mengikuti PDC yang oleh para anggota Cakrawala waktu itu (angkatan Lembayung Tirta dan yang lebih dulu) digembar-gemborkan sebagai kegiatan yang demikian menyeramkan, mengesankan dan mengasyikkan. Berbagai persiapan kami lakukan, mulai dari lari pagi seminggu dua kali pada pukul 16.00 sambil mulai mengumpulkan dan meminjam berbagai peralatan yang belum kami miliki. Dalam tahap persiapan itu pasar senen yang menjual berbagai perlengkapan militer menjadi tempat utama untuk mencari perlengkapan yang diperlukan. Sayang sekali kami tak ingat lagi bagaimana caranya kami mampu membeli semua perlangkapan (entah siapa yang kami "mintai" waktu itu!). Berbagai test kami lalui mulai dari test teori, test penguasaan alat (tes Praktek). Hasil dari test tersebut ternyata kami dinyatakan memuhi syarat untuk mengikuti PDC. Hari pertama, kami peserta PDC XII berbaris di Lobby STT PLN untuk upacara dan pengambilan HAK. Dengan perasaan gagah dan siap tempur kami ikuti acara pembukaan yang bergaya kemiliteran ini. Carrier siap melekat dipunggung kami berisi perlengkapan latihan, antara lain adalah: pakaian 3 setel, ponco, golok tebas, kompor lilinkapur, sarung dan sleeping bag. Di kepala kami terpasang topi hitam bundar dengan tali menggantung ke dagu. Karena pergaulan kami selama ini dengan Cakrawala, banyak sudah diantara para pelatih yang mengenal kami, dengan gagah dan tak lupa berslayer biru dengan bertuliskan CAKRAWALA siap untuk upacara dan pengambilan HAK. Kami memulai PDC dengan doa yang tak lupa kami panjatkan kepada tuhan yang maha ESA, setelah itu kami naik angkutan umum dengan para pelatih. Sesampainya disana kami mendapat instruksi untuk cepat mendirikan tenda dan merapikannya, Setelah itu kami istirahat. Waktu istirahat sejenak sudah usai, kami siap menerima materi pertama yaitu materi Organisasi, instruktur (Prasasti Satria Utama C-076 AT dan Rabindra Tahir Prataman C-100 LT) dan dilanjutin materi-materi lainnya. Diantaranya : 
• JALPAL (Perjalanan dan Perbekalan), Instruktur (Fajar Setyawan C-097 PAWA dan Yoga Darma C-099 LT). Pada materi japal kita diajari untuk kesiapan dan perbekalan apa saja yang harus dibawa demi suksesnya perjalanan. Di PDC ini kami tinggal mempraktekkannya, mulai dari bongkar tenda dan pengecekan semua perlengkapan yang kami bawa. Tentu ada bonus bagi kami yang perlengkapannya tidak lengkap. Untung saja perlengkapan kami semua lengkap karena jalpal sudah kami rencanakan dan siapkan jauh-jauh hari sebelum PDC.
• KOMED (komunikasi Medan), Instruktur (Yogas Citra C-098 PAWA dan Eka Putra C-106 LT) Dalam materi komed ini kami mempraktekkan mulai dari membuat asap buat komunikasi bila membutuhkan pertolongan, tiup peluit, kode alfabet dll.
• IMP (Iklim Medan dan Penaksiran), instruktur (Azriani Mustakim C-095 PAWA dan Silviana Wahyu C-103 LT) Pada materi IMP kami mempraktekkan cara menaksirkan cuaca, tinggi pohon, menghitung tinggi pohon, tebing dengan cara penaksiran.
• PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat), instruktur (M.Kurnia Haryanto C-094 PAWA dan Oggi Permana C-107 LT) Pada materi PPGD kami mempraktekkan cara-cara penanganan korban, mulai dari korban keracunan, patah tulang, hipotermia, buat tandu, membawa korban dari medan yang sulit sekalipun kami sudah mempraktekkannya.
• SAR (Search and Rescue), instruktur (Ramadhan Kaffa C-075 AT, Suhartoyo C-073 AT, Yogas Citra C-098 PAWA dan Saepudin C-101 LT) Sebagai penggiat dan pecinta alam tak bisa dipungkiri adanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti tersesat, maka kami juga mempraktekkan bagaimana cara mencari korban yang hilang dengan berbagai metode. Mulai dari buka jalur dan kami sisir hutan untuk mencari korban.
• Survival, instruktur (Ade Syarif C-096 PAWA dan Asmaul Husni C-108 LT) Sebagai langkah antisipasi kami diajari untuk menjadi survivor (orang yang menjalani survival), tentu saja survival sangat dihindari jika itu benar-benar terjadi, karena survival adalah perjuangan bertahan hidup. Kenapa demikian ?. jika tersesat di hutan, mau tidak mau kita harus bertahan untuk tetap hidup. Maka kami juga mempraktekkan materi survival, mulai dari membuat bivak, membuat jebakan untuk mendapatkan hewan buruan. Mencari sumber air, tumbuhan yang bisa dimakan dll.
• BZP (botani , Zoologi Praktis), Instruktur (Luluk Dwi Saputra C-084 AT dan Damar Indra jati C-102 LT) Pada materi BZP ini kita mempraktekkan bagaimana memilih tumbuhan hewan dan tumbuhan yang bisa dimakan dan dijadikn obat.
• Tali Temali, Instruktur (M.Kurnia Harianto C-094 PAWA) Pada materi tali temali kami mempraktekkan cara membuat simpul, ada sekitar 15 simpul yang kami praktekkan. 
• NAVDAR (Navigasi Darat), instruktur (Yogas Citra C-098 PAWA dan A.Raudhatul Irfan S C-105 LT)
Pada materi navigasi darat kami mempraktekkan bagaimana cara membaca peta, kompas, dan kami juga dapat tugas oleh instruktur untuk menuju kawah ratu dengan cara buka jalur, dan kamipun berhasil.
• Mountaineering, Instruktur (Ade Syarif R C-096 PAWA dan Oggi Permana C-107 LT) Pada materi mountaineering kami melakukan susur sungai, rafling, turun tebing. Kami mendapat tugas susur sungai sampai ketemu air terjun. Akhir kata, sampailah kita. disini kami mendapat banyak ilmu baru , pastinya pengalaman brooo... pasti kalian penasaran.... makanya ikut geh... Singkat Cerita setelah sekian lama kami ditempa oleh Cakrawala, akhirnya kami sudah mencapai puncak PDC ini. Setelah itu kami menunggu apa nama angkatan kami, nama rimba dan juga pembagian nomor anggota, dengan perasaan yang campur aduk, antara senang, capek dan ngantuk, iya ngantuk karena semalam tepatnya jam 12 kami sudah bangun dan memulai kegiatan hingga pagi sampai menerima nama angkatan dan nomor anggota. karena nama angkatan yang bisa menentukan hanya ALLAH SWT dan alam. Akhirnya waktu itu datang, nama angkatan kami adalah “WATU LAWANG”. Nama rimba dan nomor anggota adalah sebagai berikut: 1. Maryudi yuanto C-109 2. Tri cahya rizky C-110 3. Tri abdinullah C-111 4. Arif yusuf anshory C-112 5. Yusuf eko ardiansyah C-113 Kenapa Watu lawang ? Nama Watu lawang yang artinya Watu=Batu, lawang= pintu, juga diambil pada saat kami mengikuti materi mountaineering, karena pada saat mountaineering kami melakukan susur sungai yang aliran airnya lumayan deras dan banyak bebatuan besar disepanjang perjalanan kami, tak hanya menuntut keberanian untuk mengarungi sungai tersebut, konsentrasi, keyakinan dan kekompakan kita juga diperlukan. Selama kita melakukan perjalanan ditengah sungai yang dipenuhi bebatuan, samping kanan kiri kami juga dipenuhi dengan bebatuan tebing yang terjal dan tinggi, tak bisa dihindari jikalau tebing tersebut runtuh, dan juga bisa dibayangkan apa yang terjadi. Hmm. Terus kami berjalan menyusuri sungai walau tak tahu kemana arah dan tujuan kami, karena senior tidak pernah memberi tahu kemana tujuan kami, hanya memberi instruksi bagi kami untuk menyusuri sungai sampai tidak dapat di lewati lagi. Akan tetapi meskipun dalam perjalan kami menemukan kesulitan dalam menyusuri sungai kami pun tak pantang menyerah untuk tetap melewati rintangan tersebut karena kami di didik untuk menjadi jiwa yang teguh dan tidak pantang menyerah.

By : WATU LAWANG